Suara Kamu

Yang membuat aku segera berjingkat dari tumpukan laporan adalah dering nada videocall line dari handphone.

Seketika semua jenuh hilang mendengar sapaan ‘halo sayang…’, dalam hitungan detik aku dan dia sudah bertatapan, hanya lewat layar gadget memang. Hm, jarak belasan ribu kilometer ini mampu membuat bahagia sederhana, mendengar suaranya, melihat mimik muka rindu yang lucu tersirat pada wajahnya.


Terpujilah siapapun pembuat sarana telekomunikasi canggih abad ini, karenanya rindu menggebu tak hanya bertumpuk menyesaki perasaan, khayalan, dan pikiran, karenanya rindu itu setidaknya tersampaikan.

Sayangnya, segala tetek bengek alat komunikasi itu tak lepas dari kapitalisasi, apalagi di negara ini, setiap kuota 1 giga harus ditebus dengan harga yang jika ditabung bisa untuk menyicil mobil di Indonesia sana. Sengasara. Begitulah nasib long distance marriage beda benua.

~bersambung~

Leave a comment